Oleh: Iin Solihin
Celana dalam saat ku pakai menggeranyangi buah dada mu kini raib entah kemana
Hanya warna kutang dan bau anyir sperma kenikmatan yang dapat ku ingat
Di bawah lampu remang tali kutang tumbang diburu para nafsu seolah tak bertuan
Panggilan azan yang membisingkan kepala penis ku yang tak bertelinga, tak bermata terus mendesak berenang dirumput alam liar
Tragedi kemanusiaan penaklukan Qabil pada Habil adalah masalah percintaan dan kekuasaan, persis sama dengan kisah penis ku yang tak bertulang, tetapi cukup mampu untuk menumbangkan bangunan peradaban yang kini sedang ku mainkan
Dalam bayang aku menghayal, pengalaman perjuangan kelamin ku juga terjadi di pemerintahan Senayan
Kekuasaan pemerintah di Senayaan kini tak berani unjuk kekuatan dalam kejantanaan
Melawan sifat kebinatangan sebagaimana diperankan wakil rakyat di Senayan
Kuasa tanpa menunjukan kelamin, hanya kuasa kemunafikan menghamba uang untuk dapur, dan perayaan para kutang-kutang untuk para biduan
Kepala kecil ku, tak memiliki mata-mata, tetapi dia mampu bergerak dan menari tanpa melihat seperti dalam kisah percintaan yang ku paparkan.
Para kepala-kepala di Senayan hanya kumpulan kelamin yang tak memiliki kewibawaan
Untuk merayakaan para kutang dan celana dalam rakyat dalam nikmatnya percintaan di perayaan kehidupan.
Hai pak Presiden dan pak menteri dengar dan renungkan kisah dan kasih pengalaman kelamin ku dalam perayaan kemenangan dalam membangun sebuah peradaban.
| Sumber: kompasiana.com (2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar